Sabtu, 27 Juni 2020

INGIN MAJU : Milikilah Teman Dan Lingkungan Yang Mendukung

Saya awali tulisan ini dengan kembali mengingat salah satu dari sekian banyak pesan Istimewa dari sang motivator hebat dalam hidup saya yaitu orang tua. Pesan ini disampaikan ketika saya memutuskan meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan pendidikan ke kota Makassar. Mungkin pesan ini sangat sederhana bagi sebagian orang namun bagi saya pesan ini memiliki makna yang luar biasa. Bisa jadi Anda juga pernah dapatkan pesan ini dari orang tua Anda, secara orang tua menginginkan yang terbaik dari sang anak ketika anaknya melangkahkan kaki keluar dari rumah. Kala itu orang tua berpesan dengan nada yang sangat lembut “ Nak kita (kamu) akan sekolah di kota, pasti akan banyak teman-teman baruta (teman baru kamu), cariki (carilah) teman yang baik-baik nak dan cariki (carilah) tempat tinggal yang baik juga nak, InsyaAllah sukses dan salamaki (Selamat) menempuh pendidikanta Nak (pendidikan kamu)

Ungkapan sederhana ini meninggalkan pesan bahwa betapa pentingnya untuk berteman atau bergaul dengan orang yang baik dan tinggal serta memiliki lingkungan yang baik pula. Mengapa ? Karena banyak orang sukses dan banyak yang salah langkah dikarenakan pengaruh teman dan lingkungan. Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan “Pilihlah tetangga sebelum memilih rumah”. Apa maksud dari ucapan tersebut? Ucapan ini kita bisa maknai bahwa kita perlu menseleksi atau memilih siapa yang akan berada di sekeliling kita.

Bergaul dengan orang yang berpikir kecil dan negatif akan mempengaruhi kita untuk berpikir demikian juga. Berada di tengah-tengah lingkungan yang tidak memiliki gairah dan semangat dalam hidup, akan membuat kita cepat merasa puas dengan hal-hal yang biasa. Tidak ada pencapaian yang dapat ditargetkan. Tidak akan ada rasa antusias untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. 

Sebaliknya, bergaul dengan orang yang memiliki sikap hidup positif, ingin maju dan visioner juga tanpa sadar akan mempengaruhi cara berpikir kita. Berada dalam lingkungan orang yang selalu bersemangat untuk menjadi lebih baik mau tidak mau akan merangsang diri kita untuk terus memperbaiki diri.

Pesan dari sang motivator ini saya aplikasikan pada saat menjadi mahasiswa S1 di Universitas Negeri Makassar dan S2 di Universitas Negeri Jakarta dengan memilih menyelam di berbagai organisasi sebagai lingkungan baru untuk mencari teman dalam belajar dan mengembangkan diri.  Hal ini saya lakukan karena saya berpikir jika hanya menjadi mahasiswa di dalam kelas saja itu tidak cukup untuk menjadi bekal setelah menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar akademik. Emang iya ? Tunggu, akan kita bahas dimateri selanjutnya “bagaimana menjadi mahasiswa yang SUPER “.

Lingkungan yang mendukung dapat menumbuhkan Semangat


Pesan tersebut kembali saya rasakan ketika bergabung dalam kelompok dunia menulis. Kok Bisa ? Iya karena ketika saya memutuskan untuk menulis materi ini, saya sedang berteman atau bergaul dengan orang baik yang bukan hanya sekedar baik tingkah laku dan ucapannya namun juga orang yang ingin maju dengan terus belajar, orang yang memiliki cita-cita, orang yang berpikirnya kearah positif serta visioner. Selain berteman dengan orang yang baik, saya juga berada dalam lingkungan dengan orang yang memiliki semangat untuk menjadi lebih baik  dan bermanfaat  melalui tulisan meskipun lingkungan itu hanya melalui sebuah grup WhatsApp namun sangat terasa dalam memberikan dukungan untuk terus berjuang merangkai kata. Wao.. Impian untuk menjadi seorang penulis semakin dekat, semoga tetap istiqomah dengan pilihan ini. Aamiin ya Rabb.

Dalam proses perkembangan ini, saya menyadari bahwa lingkungan merupakan faktor yang sangat penting setelah pembawaan. Tanpa adanya dukungan dari faktor lingkungan, maka proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan menjadi kemampuan nyata akan sulit terjadi. Oleh karena itu saya sangat bersyukur sebagai penulis pemula karena menemukan lingkungan yang dapat membangun semangat  dan mental saya untuk tetap istiqomah dalam menulis kata demi kata. Sebab jika pengaruh lingkungannya positif maka akan menimbulkan energi yang positif juga pada diri kita.

Dalam kenyataanya untuk menjaga konsistensi dan semangat dalam menulis bukanlah perkara mudah bagi para penulis pemula. Semangat menulis itu terkadang naik pada level keasyikan dalam menulis, dan bisa juga semangat menulis itu turun pada level kritis. Semangat pada masa-masa kritis inilah yang perlu dijaga. Namun dengan memiliki teman yang se - visi dan lingkungan yang baik untuk mendukung aktivitas menulis kita maka hal ini akan sangat membantu untuk menjaga semangat itu tetap stabil. Saya juga meyakini bahwa  orang SUKSES juga pernah merasa malas, semangatnya berkurangnya bahkan gagal tapi mereka terus bergerak dan mencoba. Jadi jangan berhenti ya.

Akhirnya, saya ingin memberikan penguatan kepada diri sendiri untuk tidak ragu memulai menulis. Asalkan kita punya kemauan untuk membaca maka kita akan bisa menulis. Kita ada kemauan untuk berteman dan bergabung dengan lingkungan para penulis maka semangat menulis akan terus terjaga, karena Untuk menjadi penulis seperti yang dikatakan oleh Stephen King maka yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya.

Penulis : Achank

Sabtu, 13 Juni 2020

Mengakrabkan Diri Dengan Pilihan

Mata Air. Alhamdulillah dan Terima Kasih, Dua kata yang tepat untuk mengawali tulisan saya kali ini, mengapa? Karena Saya sangat bersyukur setelah mendapatkan apresiasi berupa dukungan dan kritikan dari pembaca atas tulisan pertama saya pada laman https://mataair.inspiratif.blogspot.com. Dan Ucapan terima kasih karena sebagai seorang penulis pemula maka dukungan dan kritikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan agar semangat dalam menulis tetap terjaga.

Langkah ini telah saya pilih. Hal ini membuat saya selalu teringat akan pesan dari seseorang yang saya kagumi dalam dunia menulis bpk Dr. Ngainum Naim yang mengatakan bahwa yang terpenting adalah "tetap istiqomah dalam menulis dan perbanyak membaca". Pesan ini terus terngiang-ngiang dalam kepala saya, apakah saya mampu untuk istiqomah dengan pilihan ini ? Saya khawatir tidak akan bisa menemukan ide-ide dalam dunia menulis sehingga nantinya saya akan terseleksi oleh alam. Namun Neil Gaiman, seorang Penulis asal Inggris yang terkenal sebagai penulis pengarang fiksi pendek mengatakan bahwa “untuk tetap dapat menulis mulailah untuk menceritakan kisah yang hanya Anda dapat ceritakan, karena akan selalu ada penulis yang lebih baik dari Anda dan akan selalu ada penulis yang lebih cerdas dari Anda. Akan selalu ada orang yang melakukan lebih baik untuk hal ini atau hal itu, tapi Anda adalah hanya Anda”. Ungkapan pesan dari keduanya serasa meniupkan roh baru kedalam jiwa untuk tak menyerah dalam menulis. SEMANGAT.....

AKTIVITAS BARU YANG MENYENANGKAN

Sejak memutuskan untuk mencari kenyamanan diluar zona nyaman ke dalam dunia menulis, ada beberapa aktivitas selama ini sangat jarang dilaksanakan menjadi aktivitas baru yang menyenangkan. Jika selama ini konsep membaca saya adalah lebih banyak membaca status atau komentar di media sosial atau dengan membaca buku/artikel/koran/esai ketika ada waktu free (SOK sIBUKLAH karena membaca ketika ada waktu saja) dan durasi membacanya pun sangat minim, kini konsep membaca itu berubah, ENTAH APA yang merasuki pikiran saya. Saat ini saya sangat senang membaca sebelum tidur, membaca setelah sholat shubuh dan jika ada kesempatan setelah menunaikan tugas sebagai kepala keluarga maka mata ini selalu memandang ke arah bahan bacaan yang sudah disiapkan. Setalah itu ada dorongan untuk segera mencatat semua pesan/intisari dari apa yang telah di baca. Terkadang kepala ngangguk-ngangguk jika apa yang saya baca dapat dituliskan sesuai dengan pemahaman saya. 

Hal ini senada yang dikatakan oleh penulis kontemporer asal Amerika Serikat yang telah berhasil menjual bukunya lebih dari 350 juta eksemplar diseluruh dunia Stephen King “Jika Anda tidak punya waktu untuk membaca, Anda tidak punya waktu atau peralatan untuk menulis. Sesederhana itu”. Begitupun pandangan dari penulis ternama Indonesia Tere Liye yang mengatakan “Penulis yang baik membutuhkan amunisi, tidak ada amunisi tidak ada tulisan”. Maka sangat wajar jika selama ini saya mengalami writer's block setiap kali menulis, karena saya tidak memiliki tabungan kata-kata dari hasil bacaan yang dapat dirangkai menjadi kalimat. Hal inilah yang kebanyakan dialami oleh para penulis pemula termasuk saya, sehingga berpendapat kalau menulis itu sangat SUSAH. Saya jadi teringat dengan buku yang pernah saya baca yang menyimpan pesan seperti ini "Berbicara mengenai menulis, sebenarnya tidak terlepas dari kebiasaan membaca, dengan membaca kita memperoleh banyak gagasan yang akan kita jadikan sebagai ide didalam menulis. Membaca dan Menulis adalah kedua aspek yang saling berhubungan. heemmm, benar banget ya,,,So' Ayo kita jadikan budaya membaca sebagai sebuah kebutuhan.

Saya pun teringat dengan kisah Bung Hatta ketika beliau di pengasingan. Beliau tak mengeluh, melainkan menjadikan pengasingan dirinya sebagai kesempatan untuk memperkaya pengetahuan. Apa yang beliau lakukan? Yang dilakukan adalah memanfaatkan waktu selama dalam penjara. Tubuh fisik beliau terasingkan, namun pikiran beliau tetap bebas. Melalui buku-buku, Bung Hatta menikmati berbagai pemikiran dari para penulis. Bahkan beliau mengatakan tak mengapa berada dalam pengasingan asal bertemankan buku-buku. 

Selain aktivitas membaca yang menjadi kebiasaan baru, juga ada dorongan semangat untuk mengikuti berbagai seminar terkait penulisan, mencari artikel penulis-penulis hebat, diskusi tentang dunia menulis dan yang terpenting adalah mengupayakan untuk merangkum hasil informasi dan bacaan tersebut kedalam sebuah tulisan agar tetap mudah diingat dan dipahami tentang apa yang telah dibaca. Semoga dengan cara ini saya akan tetap istiqomah dan semakin akrab dengan dunia menulis karena saya tidak akan menunggu kondisi ideal atau sempurna untuk memulai menaruh satu kata di atas kertas.

AKRAB DENGAN PILIHAN

Benar saja kata orang-orang bijak “jika kamu berteman dengan penjual parfum maka kamu akan ikut wangi”. Saya merasakan ada semangat menulis selama berada dalam lingkungan kelompok menulis. Pesan pengingat sekaligus motivasi menulis setiap saat disampaikan oleh sang guru menjadikan saya lebih semangat berlatih menulis, karena saya menyadari bahwa saya tidak memiliki latar belakang kemampuan menulis yang baik. Maka yang harus saya lakukan adalah akrab dengan pilihan ini dengan cara mewajibkan diri untuk membaca buku atau bahan bacaan lainnya dan menulis setiap hari tentang apa yang saya sukai. Saya selalu meyakini bahwa menulis itu adalah keterampilan, untuk bisa terampil maka harus dilatih dan dilakukan secara berulang-ulang agar menjadi kebiasaan. Saya harus bisa menemukan rasa senang dalam dunia menulis karena kalau sudah senang maka kebiasaan itu akan bisa saya cintai.

Terakhir, Saya ingin menanamkan pesan kepada diri sendiri bahwa Menulis itu menyerahkan separuh jiwa kepada tulisan. Bila ingin merasa senang menulis, maka sering-seringlah berimajinasi kemudian masuk ke dalam dunia kata-kata, lalu atur dan bentuklah kata-kata itu menjadi sebuah kalimat dan jangan lupa untuk menambahkan roh kita kepada kata-kata itu sesuai dengan apa yang diinginkan. Disinilah nikmatnya Menulis.

Penulis : Achank

Sabtu, 06 Juni 2020

Mencari Kenyamanan Diluar Zona Nyaman

MataAir: Tahun 2018 saya pernah mengikuti Sekolah Trainer Motivator Indonesia (STMI) di Jogja. Dalam sebuah paparan materi ada pertanyaan yang dilontarkan oleh coach yang pertanyaan seperti ini “Mengapa banyak yang mengatakan jika zona nyaman itu berbahaya,? Bukankah semua orang mencari kenyamanan? lantas kenapa harus keluar dari zona nyaman ? Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba saja membuat satu kelas saling memandang dalam kehiningan. 
Sebenarnya apa sich yang dimaksud dengan zona nyaman ? Alasdair A. K. White dalam bukunya “From Comfort Zone to Performance Management” mengatakan bahwa “Zona Nyaman adalah sebuah kondisi perilaku dimana seseorang bekerja dalam sebuah kondisi netral tanpa kecemasan, dengan hanya menggunakan seperangkat perilaku terbatas yang dipunyai untuk mencapai sebuah level kinerja yang menetap dan umumnya tanpa disertai adanya risiko.”  
Dari penjelasan tersebut sebenarnya tidak masalah jika kita mau tetap berada di zona nyaman karena semuanya berjalan dengan baik. Namun menurut Psikolog, Setyaningrum Rosdiana bahwa zona nyaman akan membuat anda berada pada zona yang melenakan, tidak mau ada peningkatan, tidak mau berusaha lebih keras, tidak mau melakukan hal yang baru, sehingga anda tidak berubah menjadi lebih baik, lebih kuat dan lebih tangguh.
Mampukah Kita Keluar dari Zona Nyaman?

Lanjut, Setyaningrum Rosdiana mengatakan bahwa banyak orang kehilangan kepercayaan diri saat ingin mencoba tantangan baru. Pada umumnya kita tidak memiliki keberanian untuk menghadapi kegagalan dan takut bila harus menghadapi kondisi yang lebih buruk. Sementara kondisi yang dirasakan sekarang sudah nyaman. Inilah yang membuat kebanyakan orang, begitu terbuai dengan zona nyamannya. Padahal keluar dari zona nyaman tidak berarti melakukan hal-hal negatif. Sebagai manusia yang terus tumbuh, berkembang dan berubah, kita tidak harus menjalani rutinitas yang sama.
Pernyataan dari Alasdair A. K. White dan Setyaningrum Rosdiana tersebut sangat sesuai dengan apa yang saya alami, sejak dulu saya mempunyai impian ingin menulis agar bisa menjadi penulis namun impian itu hanya sebatas ucapan, karena saya berpikir jika saya menulis maka saya harus memikirikan banyak hal yang kesemuanya itu pasti sulit, menyita waktu dan capek pastinya. Akhirnya impian tersebut kembali sirna karena saya tak ingin merepotkan diri, dan saya merasa sudah sangat nyaman dengan pekerjaan dan kondisi saat itu, bisa kumpul dengan teman-teman, kemudian dapat menjalani rutinitas-rutinitas setiap hari tanpa ada beban yang berarti dan merugikan. Cara pandang dan berpikir tersebut yang menyebabkan saya kurang tertarik untuk menantang diri dan mencoba hal-hal yang baru terkhusus dalam dunia menulis.
Namun sejak ada informasi disalah satu grup WhatsApp internal IAIN Bone tentang jadwal menulis dengan tema apapun dibawah bimbingan penulis puluhan buku dari Trenggalek, SEMANGAT menulis saya kembali menggebu-gebu dan ingin segera bergabung, namun lagi dan lagi perasaan zona nyaman datang dan berbisik“ untuk apa capek-capek berfikir setiap minggu mencari tema untuk di tulis, dan kamu adalah penulis pemula pasti kamu akan kewalahan, lebih baik menikmati yang ada saja” dan akhirnya informasi diminggu pertama berlalu begitu saja tanpa ada penyesalan. 
Memasuki minggu kedua informasi tentang ajakan menulis setiap hari masuk di hampir semua grup whatApp IAIN Bone, namun dengan format informasi yang berbeda seperti ini  “Setoran tulisan hari ini dalam bimbingan literasi dosen oleh pak Ngainum Naim yang di Fasilitasi oleh LPPM” dalam hati saya berkata waooooo keren’ karena tulisan tersebut sudah mulai berseleweran di grup-grup whatsApp yang di tulis oleh Dosen-Dosen yang telah mendaftar untuk kelas menulis.
Tulisan-tulisan tersebut selain menambah pengetahuan dan wawasan, juga memberikan motivasi untuk segera sadar akan pentingnya menulis. Saya melihat tulisan tersebut terkadang menjadi bahan diskusi oleh para Dosen yang ikut membaca kemudian ikut serta memberikan support berupa saran dan kritikan.

Keputusan Untuk Mencari Kenyamanan

Memang berada di zona nyaman lebih menyenangkan dan juga aman. Tapi, harus diingat jika terus berada di zona nyaman maka berbagai peluang yang ada justru tertutup karena kita terus terkungkung di sana. Mempelajari hal baru akan membantu untuk membuka beragam peluang baru. Hal ini membuat saya tak berpikir panjang lagi tentang sulitnya menulis, tentang sulitnya menemukan ide dan menyusun kata demi kata untuk menjadi sebuah kalimat karena, yang ada dalam pikiran saya adalah harus keluar dari zona nyaman yang saya jalani selama ini. 

Saya perlu tantangan dalam dunia menulis. Dinamika hidup yang naik dan turun akan menjadi pengalaman dan kenangan dalam proses pendewasaan diri untuk membentuk saya menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Saatnya praktik menulis buka berpikir menulis, saatnya banyak membaca untuk modal dalam menulis. Hal ini senada dengan yang diucapkan oleh salah satu Idola baru saya dalam dunia menulis meskipun belum pernah bertemu secara langsung namun tulisan sang guru telah merasuk kedalam otak yaitu bapak Dr Ngainun Naim bahwa “membaca itu adalah modal dalam membuat kalimat demi kalimat, tanpa kekayaan bacaan, pengalaman maka tulisan yang dibuat akan sulit terwujud”.
Terakhir yang semakin membuat saya untuk segera meninggalkan zona nyaman adalah sebuah ungkapan motivasi dari penyemangat setia setiap hari dan setiap waktu yang mengatakan “Asal masih dalam batas wajar, maka semua hal positif yang akan kamu coba, tentu mudah untuk menciptakan sebuah kenyamanan yang baru. Berani belajar hal baru, berarti menghargai diri karena memberikan kesempatan pada diri untuk menambah ‘skill’. Jadi, selamat mencoba tantangan baru demi menggapai masa depan yang lebih berwarna. 

Penulis:
Achank

Optimalisasi Blogspot untuk Integrasi E-Learning dan Analisis Data Berbasis Big Data dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

            Di era digital saat ini, peran teknologi dalam dunia pendidikan tidak lagi bisa diabaikan. Proses belajar-mengajar kini tidak te...