Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah buku yang berjudul “Setiap Orang Berhak untuk Sukses”. Didalam bacaan buku tersebut, saya menemukan cerita ilustrasi tentang kisah tanah liat. Jika anda pernah mendengar atau membaca pribahasa “Berakit-Rakit ke Hulu Berenang-Renang ke Tepian, Bersakit-Sakit Dahulu Bersenang-Senang Kemudian” maka makna kisah ilustrasi ini kurang lebih seperti pribahasa tersebut. Sayapun tertarik untuk menulis ulang kisah tersebut karena bagi saya didalamnya terdapat pelajaran yang bisa dijadikan penyemangat dalam menjalani kehidupan. Yuk kita baca bersama semoga mampu memberikan inspirasi juga buat para pembaca.
“Suatu ketika di sebuah kota ada sepasang suami istri yang pergi belanja di toko souvenir untuk mencari hadiah buat ulang tahun si anak. Sesampainya di toko tersebut, mata mereka langsung tertuju pada sebuah cangkir yang cantik penuh warna. “ Lihat cangkir itu kata si istri kepada suaminya” cangkir itu sangat cantik dan baru kali ini aku melihat cangkir secantik itu.
Saat mereka mendekati cangkir tersebut, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “ Terima kasih atas perhatiannya, perlu anda ketahui bahwa aku dulunya tidak secantik ini. Sebelum aku menjadi cangkir yang di idam-idamkan, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna di tepi sungai. Akan tetapi, pada suatu hari ada pengrajin menemukan aku, kemudian membawaku pulang. Dalam perjalanan pulang aku membayangkan akan diberikan tempat yang layak. Namun pengrajin tersebut bukannnya memberikan tempat yang layak, justru melempar aku dengan tangan kotornya ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing, “stop-stop aku berteriak”, tetapi orang itu berkata “belum”. Lalu ia mulai meninjuku dan menyodok berulang-ulang. Aku kembali teriak stop - stop. Tapi orang ini masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku kedalam perapian. Panas!panas! teriakku dengan keras. Stop Cukup. Tapi orang ini berkata “Belum”, dan beberapa menit kemudian akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin.
Aku pikir, selesailah penderitaanku, oh ternyata belum, setelah dingin aku diantar kepada seseorang untuk diwarnai. Alat yang digunakan mengeluarkan asap begitu memualkan bagiku. Stop, Stop aku berteriak lagi namun ia tak mendengarkanku. Orang tersebut hanya berkata belum. Lalu aku pun kembali dipindahtangankan kepada seorang pria bertubuh besar, kemudian ia memasukkan aku lagi keperapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Hentikan penyiksaan ini, sambil menangis aku teriak sekuat-kuatnya. Tapi pria besar ini tak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas menyiksaku kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik menghampiri dan mengangkatku dengan penuh hati-hati, dibersihkan diriku dengan penuh kelembutan lalu kemudian menempatkanku di barisan paling depan dekat kaca yang dapat diliat oleh setiap orang yang berlalu lalang didepan toko. Saat aku melihat diriku didalam kaca, aku sangat terkejut. Aku hampir tidak percaya karena dihadapanku ada sebuah cangkir yang begitu cantik. Dan aku sadar ternyata itu adalah diriku. Kini semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
Saat mereka mendekati cangkir tersebut, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “ Terima kasih atas perhatiannya, perlu anda ketahui bahwa aku dulunya tidak secantik ini. Sebelum aku menjadi cangkir yang di idam-idamkan, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna di tepi sungai. Akan tetapi, pada suatu hari ada pengrajin menemukan aku, kemudian membawaku pulang. Dalam perjalanan pulang aku membayangkan akan diberikan tempat yang layak. Namun pengrajin tersebut bukannnya memberikan tempat yang layak, justru melempar aku dengan tangan kotornya ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing, “stop-stop aku berteriak”, tetapi orang itu berkata “belum”. Lalu ia mulai meninjuku dan menyodok berulang-ulang. Aku kembali teriak stop - stop. Tapi orang ini masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku kedalam perapian. Panas!panas! teriakku dengan keras. Stop Cukup. Tapi orang ini berkata “Belum”, dan beberapa menit kemudian akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin.
Aku pikir, selesailah penderitaanku, oh ternyata belum, setelah dingin aku diantar kepada seseorang untuk diwarnai. Alat yang digunakan mengeluarkan asap begitu memualkan bagiku. Stop, Stop aku berteriak lagi namun ia tak mendengarkanku. Orang tersebut hanya berkata belum. Lalu aku pun kembali dipindahtangankan kepada seorang pria bertubuh besar, kemudian ia memasukkan aku lagi keperapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Hentikan penyiksaan ini, sambil menangis aku teriak sekuat-kuatnya. Tapi pria besar ini tak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas menyiksaku kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik menghampiri dan mengangkatku dengan penuh hati-hati, dibersihkan diriku dengan penuh kelembutan lalu kemudian menempatkanku di barisan paling depan dekat kaca yang dapat diliat oleh setiap orang yang berlalu lalang didepan toko. Saat aku melihat diriku didalam kaca, aku sangat terkejut. Aku hampir tidak percaya karena dihadapanku ada sebuah cangkir yang begitu cantik. Dan aku sadar ternyata itu adalah diriku. Kini semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
Cerita di atas memberikan penguatan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan itu dapat dirasakan setelah melalui perjuangan yang panjang dan bukan dengan cara - cara instan. Namun, Terkadang kita menilai dan menyebut orang-orang yang telah sukses sebagai orang yang beruntung dan bernasib baik. Padahal, jika kita melihat kebalakang keberuntungan itu terjadi setelah mereka melalui semua proses-proses tantangan hidup dan kegagalan dengan sabar guna mencapai kebahagiaan dan kesuksesan. Sakit, derita, kecewa bahkan dikucilkan serta tak dipedulikan menjadi rasa yang menemani hidup kita untuk berjuang.
![]() |
Foto ini mengisahkan perjuangan mengumpulkan buku di Jakarta
untuk mendirikan perpustakaan di kampung
|
Apapun impian yang ingin kita capai semuanya membutuhkan perjuangan dan kesabaran, begitupun dengan dunia menulis, keinginan kita untuk bisa menulis sering kali mengalami kendala didalam prosesnya seperti kehilangan ide pada saat ingin menulis, atau sulit menemukan kata-kata pembuka untuk mengawali tulisan, atau tidak percaya diri dengan tulisan yang dihasilkan dan berbagai macam cobaan lainnya dalam menulis. Kendala ini sangat rentang dialami bagi para penulis pemula sehingga banyak yang mogok di tengah jalan.
Kesusahan dan kendala itu pasti ada bagi orang yang sedang berjuang dalam prosesnya. Namun, jika kita menyerah pada kondisi ini maka jangan harap untuk bisa menemukan kemudahan untuk langkah-langkah selanjutnya. Tapi jika tetap bertahan untuk melatih dan mengasah diri maka kemudahan itu akan datang bersama ketekunan. Biarkanlah ketekunan itu mengantarkan kita memperoleh hasil yang baik. Kesalarasan hati dan pikiran dalam menulis itu perlu dijemput dengan usaha dan doa yang dibarengi dengan kesabaran. Artinya, maksimalkan usaha dan doa setiap saatnya, agar jalan yang hendak kita lalui dimudahkan-Nya.
Pencapaian-Pencapaian prestasi bukanlah suatu kebetulan, termasuk kepiawaian menulis, ia datang dari hasil kerja keras, kesabaran, ketelatenan, ketekunan dan adanya rasa cinta terhadap apa yang dikerjakan meskipun banyak tantangan yang menemani seperti kisah tanah liat tersebut yang sudah menemukan kebahagiaan atas perjuangannya dan menjadi pusat perhatian yang di idam-idamkan setelah melalui perjuangan yang begitu keras.
Kesusahan dan kendala itu pasti ada bagi orang yang sedang berjuang dalam prosesnya. Namun, jika kita menyerah pada kondisi ini maka jangan harap untuk bisa menemukan kemudahan untuk langkah-langkah selanjutnya. Tapi jika tetap bertahan untuk melatih dan mengasah diri maka kemudahan itu akan datang bersama ketekunan. Biarkanlah ketekunan itu mengantarkan kita memperoleh hasil yang baik. Kesalarasan hati dan pikiran dalam menulis itu perlu dijemput dengan usaha dan doa yang dibarengi dengan kesabaran. Artinya, maksimalkan usaha dan doa setiap saatnya, agar jalan yang hendak kita lalui dimudahkan-Nya.
Pencapaian-Pencapaian prestasi bukanlah suatu kebetulan, termasuk kepiawaian menulis, ia datang dari hasil kerja keras, kesabaran, ketelatenan, ketekunan dan adanya rasa cinta terhadap apa yang dikerjakan meskipun banyak tantangan yang menemani seperti kisah tanah liat tersebut yang sudah menemukan kebahagiaan atas perjuangannya dan menjadi pusat perhatian yang di idam-idamkan setelah melalui perjuangan yang begitu keras.
![]() |
Proses packing buku sebelum dikirim ke kampung |
Mari yakini bahwa tantangan adalah bumbu - bumbu penyedap rasa yang menemani kita untuk berkarya, status sosial juga bukanlah faktor penentu, tetapi hal terbesar yang menentukan kita mampu berkarya adalah diri kita sendiri (apakah kita mau atau tidak untuk jalani tanntangan itu). Kepercayaan diri akan kemampuan yang dimiliki dapat mengembangkan potensi-potensi yang mungkin selama ini terkubur dan terpendam oleh sikap tidak percaya akan diri sendiri.
Mengakhiri tulisan ini, kembali saya menguatkan diri bahwa berjuanglah dengan cara cerdas dan kerja keras, tekunilah apa yang telah menjadi pilihan, jangan berhenti berjuang hanya karena jalannya kian sulit, sebab rintangan dan tantangan akan selalu ada agar kita tahu caranya berjuang dalam mewujudkan mimpi besar.
Penulis : Achank
Terharu. Tulisan ini penyemangat bg sy yg msh berjuang menggapai cita. Smg mkin kuat sprti tanah liat dlm cerita. N smg episoden akhirnya bahagia dan sukses. Aamiin.
BalasHapusAamiin ya rabb,, mari saling menyemangati untuk menggapai cita-cita..n ditunggu tulisan selanjutta juga bu..
HapusInspiratif
BalasHapusTerima kasih Ustad...
HapusMantap Luar biasa
BalasHapusTerima kasih Pak Dr..
HapusMantap dinda
BalasHapusTerima kasih ibu..
HapusHebat tulisannya. Tak ada yang mudah untuk menjadi berharga, bernilai tinggi dan berkualitas. Lihat intan, berlian, emas semua Harus melalui proses panjang dan melelahkan. Tapi lihat nilainya...
BalasHapusIyee Bu Dr. Betul sekali bahwa tak ada yang mudah untuk menjadi berharga, Bernilai tinggi dan berkualitas.
HapusMantap.tidak ada kesuksesan yg instan.sesungguhnya yg enak hanya mi instan..ðŸ¤
BalasHapusHeheheh..aweehh k...pasti pecinta mie instan ni kk..hehe
HapusSangat inspiratif, senior.
BalasHapusDitunggu kisah lainnya yang tak kalah menarik.
Terima kasih..saling menyemangati untuk lebih berarti d'
Hapus