Senin, 27 Juli 2020

Meninggalkan Warisan yang Menembus Zaman Lebih dari 1000 Tahun


Aku ingin Hidup 1000 Tahun lagi“ saat membaca atau mendengar kata-kata ini, apa yang terlintas dalam pikiran kita ? Tentunya yang teringat adalah sebuah karya puisi berjudul “AKU” dari seorang penyair legendaris Indonesia yang telah wafat pada tahun 1949 dalam usia yang sangat muda 27 tahun yaitu Chairil Anwar. Chairil Anwar telah meninngal dunia selama 71 tahun yang lalu namun karyanya masih terus hidup sampai hari ini, bahkan masih menjadi pilihan para peserta didik  maupun masyarakat pada umumnya ketika mengikuti lomba puisi.

Chairil Anwar kini telah tiada secara fisik atau raga namun secara karya beliau selalu hidup dan ada dalam dunia kita. Karya tulisan beliau telah mampu menembus zaman meskipun raganya telah tiada namun jejaknya tetap ada. Ungkapan atau keinginannya untuk hidup 1000 tahun lagi akan bisa terwujud seiring berjalannya waktu.

Wah kebayang ya, jika kita yang menjadi the next generasi Chairil Anwar yang karya-karyanya terus hidup meskipun raga telah tiada. Kalau kata Singa Podium Indonesia Bung Karno bermimpilah setinggi langit karena jika kamu jatuh maka kamu akan jatuh di antara bintang-bintang. Maka mimpiku saat ini adalah ingin hidup lebih maju dan hidup lebih dari 1000 tahun.

Hidup lebih maju berarti hari ini lebih baik dari hari kemarin serta lebih bermanfaat untuk kepentingan peradaban. Namun apalah arti sebuah umur panjang dan sampai bermimpi ingin hidup seribu tahun lagi, jika kehadiran kita di muka bumi hanya sekedar hadir, tapi sama sekali tidak memberi manfaat bagi lingkungan di mana kita semua hadir. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289). dan Allah swt juga berfirman "Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7). Selain dari Hadis dan Firman tersebut juga terdapat pribahasa yang mengatakan Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.

Hadis Rasulullah Saw dan Firman Alllah swt serta pribahasa tersebut  mengisyaratkan kepada kita untuk menjadi orang yang bermanfaat dan selalu berbuat baik karena semuanya akan kembali ke diri kita masing-masing. Lantas apa hubungannya menjadi orang yang bermanfaat dan berbuat baik dengan hidup 1000 tahun? Hubunganya adalah orang yang selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi sesama tentunya akan selalu dinilai baik oleh siapapun, baik itu pada saat hidup di dunia terlebih lagi pada saat telah meninggal dunia. Disinilah ada ungkapan yang mengatakan bahwa Nama Baik itu Lebih Berharga daripada Harta, karena disaat orang wafat, Nama Baiklah yang dikenang dan karyanyalah yang akan selalu diingat. 

Apa yang Harus Saya Lakukan ?

Tak ada yang tahu kapan ajal kita akan menjemput. Hidup kita sebaiknya tidak lewat begitu saja, seharusnya kehidupan yang sementara ini meninggalkan “Warisan“ yang positif bagi generasi penerus kita, anak dan cucu kita. Saatnya kita memikirkan dan berbuat bagaimana cara Memanfaatkan hidup di bumi ini ? Sebagai apa kita ingin dikenang ? Lalu berapa lama karya dan kontribusi kita terhadap kehidupan generasi selanjutnya ? Kita yang menentukan saat ini. 

Ilmu yang Allah swt telah berikan kepada kita, harus kita amalkan untuk membangun sebuah peradaban baru yang mencerahkan walau hanya sekelumit yang dapat kita berikan. Jangan suka berharap reward dari siapapun apakah bentuk gratifikasi atau sanjungan, karena tanpa kita minta, asal di sepanjang hidup kita selalu menebar kebaikan dan selalu mengajak berlomba dalam kebajikan, Allah swt akan punya perhitungan sendiri untuk memberikan reward-Nya kepada kita.

Salah satu jalan yang saya pilih untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah Allah swt berikan adalah dengan cara berkarya melalui tulisan. Selain sebagai bentuk pengamalan ilmu, menulis juga sebagai jalan saya untuk bisa hidup lebih maju dan hidup lebih dari 1000 tahun kemudian. Cara ini adalah cara yang paling mudah dilakukan untuk bermanfaat bagi sesama, mengamalkan ilmu serta hidup sepanjang zaman. Bagi saya semua insan manusia bisa melakukan pilihan ini namun perlu digaris bawahi bahwa hanya orang-orang yang mau hidup maju dan hidup lebih dari 1000 tahun yang memilih menjadi penulis.

Berkarya melaui tulisan dianggap menjadi pilihan yang sangat sulit bagi sebagian orang termasuk saya pada saat memutuskan untuk belajar menulis. Namun sebagian orang juga mengatakan bahwa berkarya melalui tulisan adalah sesuatu yang mudah dan menyenangkan seperti saat ini yang saya rasakan. Tentunya kedua pendapat ini akan selalu beriringan. Memang benar bahwa menulis itu sulit jika menulis itu ada didalam pikiran kita tanpa pernah memulai. Dan memang benar bahwa menulis itu mudah dan menyenangkan jika menulis itu langsung dipraktekkan bukan di endapkan dalam pikiran. Apapun jenis karya kita melalui tulisan, semuanya akan membuat kita hidup maju bahkan hidup lebih dari 1000 tahun. Pilihan ini ada pada diri kita masing-masing.

Terakhir, saya kembali memompa semangat untuk tetap konsisten dan istiqomah dalam mengarungi dunia tulis menulis ini agar jejak-jejak hidup ini akan selalu ada. Dalam hidup ini terlalu banyak rencana dan harapan yang kita ucapkan dan pikirkan. Tapi sebanyak apapun itu, harapan tidak akan menjadi kenyataan tanpa adanya tindakan, usaha dan satu langkah kecil untuk memulainya. 

Pertanyaannya kemudian,  Apakah Sudah kepikiran apa yang akan membuat hidup Anda maju dan bertahan lebih dari 1000 tahun.? Apakah sudah dipikirkan warisan apa yang Anda akan tinggalkan ?

Penulis : Achank

Sabtu, 18 Juli 2020

Belajar Dari Tanah Liat


Gerbang Kampung Pendidikan
Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah buku yang berjudul “Setiap Orang Berhak untuk Sukses”. Didalam bacaan buku tersebut, saya menemukan cerita ilustrasi tentang kisah tanah liat. Jika anda pernah mendengar atau membaca pribahasa “Berakit-Rakit ke Hulu Berenang-Renang ke Tepian, Bersakit-Sakit Dahulu Bersenang-Senang Kemudian” maka makna kisah ilustrasi ini kurang lebih seperti pribahasa tersebut. Sayapun tertarik untuk menulis ulang kisah tersebut karena bagi saya didalamnya terdapat pelajaran yang bisa dijadikan penyemangat dalam menjalani kehidupan. Yuk kita baca bersama semoga mampu memberikan inspirasi juga buat para pembaca.

“Suatu ketika di sebuah kota ada sepasang suami istri yang pergi belanja di toko souvenir untuk mencari hadiah buat ulang tahun si anak. Sesampainya di toko tersebut, mata mereka langsung tertuju pada sebuah cangkir yang cantik penuh warna. “ Lihat cangkir  itu kata si istri kepada suaminya” cangkir itu sangat cantik dan baru kali ini aku melihat cangkir secantik itu.

Saat mereka mendekati cangkir tersebut, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “ Terima kasih atas perhatiannya, perlu anda ketahui bahwa aku dulunya tidak secantik ini. Sebelum aku menjadi cangkir yang di idam-idamkan, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna di tepi sungai. Akan tetapi, pada suatu hari ada pengrajin menemukan aku, kemudian membawaku pulang. Dalam perjalanan pulang aku membayangkan akan diberikan tempat yang layak. Namun pengrajin tersebut bukannnya memberikan tempat yang layak, justru melempar aku dengan tangan kotornya ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing, “stop-stop aku berteriak”, tetapi orang itu berkata “belum”. Lalu ia mulai meninjuku dan menyodok berulang-ulang. Aku kembali teriak stop - stop. Tapi orang ini masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku kedalam perapian. Panas!panas! teriakku dengan keras. Stop Cukup. Tapi orang ini berkata “Belum”, dan beberapa menit kemudian akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin.

Aku pikir, selesailah penderitaanku, oh ternyata belum, setelah dingin aku diantar kepada seseorang untuk diwarnai. Alat yang digunakan mengeluarkan asap begitu memualkan bagiku. Stop, Stop aku berteriak lagi namun ia tak mendengarkanku. Orang tersebut hanya berkata belum. Lalu aku pun kembali dipindahtangankan kepada seorang pria bertubuh besar, kemudian ia memasukkan aku lagi keperapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Hentikan penyiksaan ini, sambil menangis aku teriak sekuat-kuatnya. Tapi pria besar ini tak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas menyiksaku kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik menghampiri dan mengangkatku dengan penuh hati-hati, dibersihkan diriku dengan penuh kelembutan lalu kemudian menempatkanku di barisan paling depan dekat kaca yang dapat diliat oleh setiap orang yang berlalu lalang didepan toko. Saat aku melihat diriku didalam kaca, aku sangat terkejut. Aku hampir tidak percaya karena dihadapanku ada sebuah cangkir yang begitu cantik. Dan aku sadar ternyata itu adalah diriku. Kini semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Cerita di atas memberikan penguatan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan itu dapat dirasakan setelah melalui perjuangan yang panjang dan bukan dengan cara - cara instan. Namun, Terkadang kita  menilai dan menyebut orang-orang yang telah sukses sebagai orang yang beruntung dan bernasib baik. Padahal, jika kita melihat kebalakang keberuntungan itu terjadi setelah mereka melalui semua proses-proses tantangan hidup dan kegagalan dengan sabar guna mencapai kebahagiaan dan kesuksesan. Sakit, derita, kecewa bahkan dikucilkan serta tak dipedulikan menjadi rasa yang menemani  hidup kita untuk berjuang.

Foto ini mengisahkan perjuangan mengumpulkan buku di Jakarta
 untuk mendirikan perpustakaan di kampung
Apapun impian yang ingin kita capai semuanya membutuhkan perjuangan dan kesabaran, begitupun dengan dunia menulis, keinginan kita untuk bisa menulis sering kali mengalami kendala didalam prosesnya seperti kehilangan ide pada saat ingin menulis, atau sulit menemukan kata-kata pembuka untuk mengawali tulisan, atau tidak percaya diri dengan tulisan yang dihasilkan dan berbagai macam cobaan lainnya dalam menulis. Kendala ini sangat rentang dialami bagi para penulis pemula sehingga banyak yang mogok di tengah jalan.

Kesusahan dan kendala itu pasti ada bagi orang yang sedang berjuang dalam prosesnya. Namun, jika kita menyerah pada kondisi ini maka jangan harap untuk bisa menemukan kemudahan untuk langkah-langkah selanjutnya. Tapi jika tetap bertahan untuk melatih dan mengasah diri maka kemudahan itu akan datang bersama ketekunan. Biarkanlah ketekunan itu mengantarkan kita memperoleh hasil yang baik. Kesalarasan hati dan pikiran dalam menulis itu perlu dijemput dengan usaha dan doa yang dibarengi dengan kesabaran. Artinya, maksimalkan usaha dan doa setiap saatnya, agar jalan yang hendak kita lalui dimudahkan-Nya.

Pencapaian-Pencapaian prestasi bukanlah suatu kebetulan, termasuk kepiawaian menulis, ia datang dari hasil kerja keras, kesabaran, ketelatenan, ketekunan dan adanya rasa cinta terhadap apa yang dikerjakan meskipun banyak tantangan yang menemani seperti kisah tanah liat tersebut yang sudah menemukan kebahagiaan atas perjuangannya dan menjadi pusat perhatian yang di idam-idamkan setelah melalui perjuangan yang begitu keras.

Proses packing buku sebelum dikirim ke kampung
Mari yakini bahwa tantangan adalah bumbu - bumbu penyedap rasa yang menemani kita untuk berkarya, status sosial juga bukanlah faktor penentu, tetapi hal terbesar yang menentukan kita mampu berkarya adalah diri kita sendiri (apakah kita mau atau tidak untuk jalani tanntangan itu). Kepercayaan diri akan kemampuan yang dimiliki dapat mengembangkan potensi-potensi yang mungkin selama ini terkubur dan terpendam oleh sikap tidak percaya akan diri sendiri.

Mengakhiri tulisan ini, kembali saya menguatkan diri bahwa berjuanglah dengan cara cerdas dan kerja keras, tekunilah apa yang telah menjadi pilihan, jangan berhenti berjuang hanya karena jalannya kian sulit, sebab rintangan dan tantangan akan selalu ada agar kita tahu caranya berjuang dalam mewujudkan mimpi besar.

Penulis : Achank

Sabtu, 04 Juli 2020

Menemukan Nikmat Cinta Disetiap Hurufnya


Mengapa para penulis itu tetap menulis meskipun kondisi mereka sedang sakit, atau mengapa mereka tetap menulis saat mereka dalam pengasingan, atau mengapa mereka tetap menulis saat mereka dalam kondisi terbatas, dan mengapa mereka masih tetap menulis meskipun dalam kondisi sibuk ? Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali saya tanyakan ketika mengikuti seminar-seminar kepenulisan, namun ada satu jawaban dari sekian jawaban yang terus saya ingat sampai hari ini. Jawabanya berupa pertanyaan yang kembali menyerang “ Apakah anda sudah pernah menulis” ? Jawaban saya saat itu tapi didalam hati ya “saya sudah pernah menulis tapi menulis status di media sosial, dan menulis skripsi.” namun saya tidak berani untuk menyampaikannya karena saya tahu bahwa bukan ini yang dimaksud oleh narasumber.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut kini perlahan-lahan mulai terjawab seiring dengan jatuh cintanya saya pada dunia menulis. Jadi wajar saja ketika Pak Kuntowijoyo seorang penulis Asketik Indonesia yang menderita lumpuh saraf motorik dan dirawat di rumah sakit tetap melakukan aktivitas menulis dengan menuangkan ide-idenya kedalam tulisan. Sastrawan Pramoedya Ananta Toer yang menyempurnakan novel-novelnya dalam masa tahanannya di pulau buru, dan beberapa penulis lainnya yang tak berhenti menulis meskipun dalam kondisi yang serba terbatas. Sebenarnya ada apa dengan menulis,? Kali ini giliran saya ingin bertanya “apakah anda pernah menulis’? Jika ingin menemukan jawaban tersebut mari menulis karena jangan sampai anda terlambat seperti saya.

Saya termasuk orang yang lambat jatuh cinta dengan dunia menulis. Alhasil sejak dulu saya tidak berani untuk berkenalan lebih dekat dengannya. Seandainya saja saya memberanikan diri untuk mengenal lebih dekat dunia menulis sejak menjadi pelajar ataupun mahasiswa maka bisa jadi saya sudah melahirkan beberapa karya. Tapi hal itu tak perlu disesali karena saat ini kecintaan saya pada dunia menulis tengah berbunga-bunga dan berharap selamanya akan terus berbunga-bunga meskipun diawal saya dilanda kebingungan  untuk memulainya dari mana dalam merangkai setiap huruf-hurufnya agar mampu menjadi kata-kata yang enak dibaca. Saya pun selalu di hantui rasa takut oleh penilaian orang lain terhadap tulisan-tulisan saya jika saya menulis. Kalau kata Idola saya Pak Dr. Ngainun Naim saya mengalami Malu Level 1(Baca : 4 Level Malu Penulis). Namun disinilah kekuatan cinta itu menguatkan dan meyakinkan kepada saya bahwa ketika Anda sudah memilih untuk mencintainya maka kesungguhan akan menghampiri Anda untuk membukakan jalan menuju kebahagian seperti yang dikatakan oleh Herwono Penulis buku “ Mengikat Makna” bahwa menulis dapat mengantarkan kita menuju kebahagiaan hidup.

Ada Cinta dan Kebebasan Dalam Menulis

Saya benar-benar bahagia menjalani kisah ini. Menulis banyak memberikan saya kebebasan untuk menuangkan ide dan pengalaman yang saya alami dalam bentuk tulisan. Saya merasakan ada kenikmatan setiap kali merangkai huruf demi huruf menjadi sebuah kata. Setiap kata-kata di uji, ditelaah apakah sudah sesuai atau perlu diganti diksi yang lebih tepat dan menarik agar menjadi sebuah kalimat. Ketika setiap kalimat masih dirasa kurang, dibiarkan dulu kemudian dibaca lagi lalu ditambahkan yang kurang tersebut untuk menjadi sebuah pragraf yang penuh makna. Belum lagi ketika menulis sedang diburu deadline. Ada adrenalin tersendiri memacu diri agar tulisan tersebut dapat diselesaikan sebelum waktunya benar-benar berakhir. Nanti setelah klop barulah kemudian di finishkan. 

Mencurahkan seluruh isi hati melalui tulisan dapat memberikan pengaruh positif pada perasaan, pikiran dan juga dapat berfungsi sebagai terapi jiwa. Apa yang membuat kita nikmat dan senang? apa yang membuat kita galau?  mengapa kita galau atau mengapa kita senang? pertanyaan-pertanyaan tersebut memaksa kita untuk berpikir dan memahami keberadaan diri kita dengan lebih baik. Tentunya menulis adalah langkah yang tepat untuk mengabadikan perasaan tersebut.

Tidak heran jika para penulis-penulis hebat seperti Andrea Hirata, Raditya Dika menjadikan menulis sebagai kegiatan untuk memberikan kepuasan pada dirinya. Begitupun dengan beberapa penulis-penulis lainnya yang menjadikan kegiatan menulis sebagai suatu kebutuhan dalam hidupnya yang terasa kurang ketika tidak dilaksanakan karena mentransfer pikiran, penglihatan, pendengaran dan perasaan kedalam setiap huruf adalah cara untuk untuk dapat merasakan kebahagiaan, kenikmatan dan kesenangan. Lantas timbul pertanyaan apakah kita rela untuk untuk menghilangkan rasa cinta, senang, bahagia dan nikmat itu dalam diri kita ?? Tentu saja jawabannya adalah tidak. maka seperti inilah yang dirasakan oleh para penulis itu.

Terkadang kita sebagai penulis pemula menyerah ditengah perjalanan tatkala jari dan pikiran tak mampu lagi bersinergi untuk merangkai setiap huruf. Kemudian kitapun menyerah dan menjudge bahwa menulis itu sulit, menulis itu menyebalkan. Paradigma ini yang perlu kita buang jauh-jauh karena sesungguhnya menulis itu mampu memberikan kita kebahagian dan kenikmatan disetiap hurufnya. TAK PERCAYA, Ayo segera menulis dan rasakan sendiri. 

Saatnya untuk mengatakan tidak ada yang tidak bisa, tidak ada yang sulit dan tidak ada yang menyebalkan dalam dunia menulis. Kita hanya perlu untuk membuka hati untuk mengenalnya.  Yakinlah bahwa kita pasti bisa. Teruslah menulis hingga menemukan tulisan terbaik dengan tema yang disukai karena menulis akan menjadi bagian hidup kita. Hanya butuh belajar setiap waktu setiap hari. Dan kita akan menemukan keajaiban dalam menulis.

Jadi, mari menikmati setiap huruf untuk dirangkai menjadi sebuah kata, kata diciptakan untuk membentuk kalimat, kalimat menjadi pragraf, dan pragraf yang menciptakan makna. Teruslah Berkarya melalui tulisan karena menulis memberikan kenikmatan, kepuasan dan kesenangan dimana saja dan kapan saja yang dapat memberikan inspirasi luar biasa.

Penulis : Achank

Inspirasi Penuh Arti Untuk Berarti



Sering kali kita mendengar ungkapan dari orang-orang yang telah sukses atau seseorang yang baru saja berhasil melakukan sesuatu yang Waoo LUAR BIASA atau kita sendiri yang mengatakan bahwa “Saya dapat melakukan ini, saya dapat melakukan itu, atau pencapain prestasi saya pada hari ini dikarenakan saya terinspirasi dari ini, dari itu dan lain-lain.” Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Inspirasi adalah ilham, terinspirasi adalah terilhami atau telah di inspirasi dan menginspirasi adalah mengilhami atau menimbulkan inspirasi. Terinspirasi dapat muncul ketika seseorang mendapat rangsangan dari luar. Inspirasi dapat dijadikan motivasi bagi seseorang untuk mencapai tujuannya. 

Banyak yang berpendapat bahwa mendapatkan inspirasi itu sulit dan tidak mudah. Ya mungkin saja ini benar karena inspirasi memang datangnya tidak dapat diduga. Namun bagi yang memiliki sifat Open Minded, maka inspirasi bisa saja diperoleh dari manapun, dan dari siapapun, terkadang tanpa sengaja pun kita tiba-tiba mendapatkan sebuah inspirasi berupa ide yang kreatif. Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan inspirasi dari sebuah lagu dangdut tempo doloe saat sedang bertatapan dengan laptop sambil menikmati segelas kopi hitam di meja kerja. Maklum saja ketika sudah berhadapan dengan laptop maka musik dangdut sebagai pilihan untuk menemani jari-jemari ini berjoget di atas keyboard.

Inspirasi Bisa Hadir Darimana Saja Termasuk Dari Hobby

Jika anda satu hobby dengan saya sebagai pecinta lagu dangdut Indonesia, maka Anda sudah pasti pernah mendengarkan lagu dahsyat yang di ciptakan oleh Joel Anggara. Lagu ini pernah dipopulerkan oleh Fildan Bau-Bau sang raja dangdut masa kini saat menjuarai kompetisi dangdut D’START Indosiar Bintang Segala Bintang tahun 2019. Saat mendengarkan lagu ini saya tertarik dengan beberapa lirik lagunya. Liriknya senada dengan perasaan saya sebagai seseorang yang baru mengenal kemudian langsung jatuh cinta terhadap Dunia Menulis. Lirik tersebut kurang lebih seperti ini “Tak Kenal Makanya Tak Sayang, Tak Sayang Makanya Tak Cinta”, bagi saya lirik ini sangat tepat karena bagaimana mungkin cinta itu ada jika kita tidak mengenal siapa yang akan kita cintai. 

Lebih lanjut, lirik setelahnya mengatakan “Kalau Sudah Kenal Pasti Kamu Tahu, Kalau Sudah Tahu, Pasti Kamu Mau, Lalu Cintapun Datang”. Lanjutan lirik ini bukanlah sekedar lirik lagu dangdut biasa seperti pada umumnya karena ada pesan dahsyat yang disampaikan kepada pendengarnya yang mampu menjadi inspirasi penggerak hati. Lirik ini semakin menekankan bahwa semuanya dimulai dari proses perkenalan untuk meraih cita-cita.

Begitupun dengan dunia menulis, jika kita tidak ada keinginan untuk mengenalnya maka menulis hanya akan menjadi dunia tabu yang selamanya akan menjadi sesuatu yang sulit untuk diketahui. Namun sebaliknya jika kita ada usaha untuk mulai mengenal dunia menulis maka kita akan menemukan dan mengetahui cara untuk dapat merangkai kata demi kata yang dapat memberikan makna. Yakin dan percaya jika proses ini terus dijalani dengan sabar maka akan muncul rasa senang, bahagia, nyaman yang kesemuanya itu mampu menghadirkan rasa cinta terhadap dunia menulis seperti lirik lagu itu “Lalu Cintapun Datang”. Ketika cinta menulis itu menghampiri maka seluruh kemampuan kita akan saling terhubung yang dapat memudahkan jari jemari untuk berjoget bersama huruf-huruf diatas mesin teknologi masa kini yang super canggih ini. Namun, sebelum lanjut, saya ingin mengucapkan terima kasih dan mengirimkan doa kepada pencipta lagu ini yang begitu piawai menyusun kata demi kata sehingga Lirik lagu ini meninggalkan pesan dahsyat yang mampu menginspirasi hidup saya.

Berkat inspirasi lagu tersebut, kini saya semakin yakin bahwa dunia menulis harus dikenal karena ada cinta dan kebermanfaatan didalamnya. Selain itu, keberadaan orang-orang sekitar saya pun turut memberikan dukungan untuk lebih giat menulis agar cita-cita menjadi seorang penulis yang bermanfaat dapat terwujud. Hal ini menciptakan rasa nyaman dan bahagia serta penuh arti sehingga mendorong saya untuk berpikir perlu melakukan perubahan besar dalam proses ini. Sudah waktunya untuk segera bangun dan mengukir keindahan dunia ini. Kehadiran kita bukan lagi sekedar sebagai penonton dan pembaca setia, tetapi hadir sebagai juru ukir. Mengukir melalui tulisan tentunya akan memudahkan kita untuk menebar kebaikan. Setiap orang tentu memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda. Namun apapun profesi kita mari jadikan menulis (menulis apapun itu asal dapat bermanfaat bagi sesama) sebagai salah satu tujuan hidup kita untuk berbagi.

Tujuan hidup itu harus bermakna dan memiliki manfaat untuk orang lain. Dengan memiliki tujuan hidup, apapun yang terjadi meskipun itu musibah, kita selalu bisa mengendalikan diri untuk bangkit kembali dan menjalankan target-target impian dalam hidup kita. Tujuan hiduplah yang akan mengarahkan diri kita  untuk semangat dalam meraihnya.

Menutup tulisan kali ini saya ingin menguatkan diri saya bahwa ketika kita berusaha untuk berhasil dalam suatu upaya yang bernilai, kita pasti akan menghadapi tantangan dan kesulitan. Menemukan inspirasi dalam hidup bisa menjadi satu cara untuk tetap berjuang di garis yang telah menjadi impian kita. Individu yang terinspirasi tidak takut untuk menjadi yang terbaik, namun tidak terlalu kompetitif. Individu yang terinspirasi selalu mencari inspirasi untuk menginspirasi sehingga tidak takut untuk belajar sesuatu yang baru, tidak ragu untuk berbagi ilmu dan selalu berusaha untuk berarti.

Penulis : Achank

Optimalisasi Blogspot untuk Integrasi E-Learning dan Analisis Data Berbasis Big Data dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

            Di era digital saat ini, peran teknologi dalam dunia pendidikan tidak lagi bisa diabaikan. Proses belajar-mengajar kini tidak te...