Sabtu, 04 Juli 2020

Menemukan Nikmat Cinta Disetiap Hurufnya


Mengapa para penulis itu tetap menulis meskipun kondisi mereka sedang sakit, atau mengapa mereka tetap menulis saat mereka dalam pengasingan, atau mengapa mereka tetap menulis saat mereka dalam kondisi terbatas, dan mengapa mereka masih tetap menulis meskipun dalam kondisi sibuk ? Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali saya tanyakan ketika mengikuti seminar-seminar kepenulisan, namun ada satu jawaban dari sekian jawaban yang terus saya ingat sampai hari ini. Jawabanya berupa pertanyaan yang kembali menyerang “ Apakah anda sudah pernah menulis” ? Jawaban saya saat itu tapi didalam hati ya “saya sudah pernah menulis tapi menulis status di media sosial, dan menulis skripsi.” namun saya tidak berani untuk menyampaikannya karena saya tahu bahwa bukan ini yang dimaksud oleh narasumber.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut kini perlahan-lahan mulai terjawab seiring dengan jatuh cintanya saya pada dunia menulis. Jadi wajar saja ketika Pak Kuntowijoyo seorang penulis Asketik Indonesia yang menderita lumpuh saraf motorik dan dirawat di rumah sakit tetap melakukan aktivitas menulis dengan menuangkan ide-idenya kedalam tulisan. Sastrawan Pramoedya Ananta Toer yang menyempurnakan novel-novelnya dalam masa tahanannya di pulau buru, dan beberapa penulis lainnya yang tak berhenti menulis meskipun dalam kondisi yang serba terbatas. Sebenarnya ada apa dengan menulis,? Kali ini giliran saya ingin bertanya “apakah anda pernah menulis’? Jika ingin menemukan jawaban tersebut mari menulis karena jangan sampai anda terlambat seperti saya.

Saya termasuk orang yang lambat jatuh cinta dengan dunia menulis. Alhasil sejak dulu saya tidak berani untuk berkenalan lebih dekat dengannya. Seandainya saja saya memberanikan diri untuk mengenal lebih dekat dunia menulis sejak menjadi pelajar ataupun mahasiswa maka bisa jadi saya sudah melahirkan beberapa karya. Tapi hal itu tak perlu disesali karena saat ini kecintaan saya pada dunia menulis tengah berbunga-bunga dan berharap selamanya akan terus berbunga-bunga meskipun diawal saya dilanda kebingungan  untuk memulainya dari mana dalam merangkai setiap huruf-hurufnya agar mampu menjadi kata-kata yang enak dibaca. Saya pun selalu di hantui rasa takut oleh penilaian orang lain terhadap tulisan-tulisan saya jika saya menulis. Kalau kata Idola saya Pak Dr. Ngainun Naim saya mengalami Malu Level 1(Baca : 4 Level Malu Penulis). Namun disinilah kekuatan cinta itu menguatkan dan meyakinkan kepada saya bahwa ketika Anda sudah memilih untuk mencintainya maka kesungguhan akan menghampiri Anda untuk membukakan jalan menuju kebahagian seperti yang dikatakan oleh Herwono Penulis buku “ Mengikat Makna” bahwa menulis dapat mengantarkan kita menuju kebahagiaan hidup.

Ada Cinta dan Kebebasan Dalam Menulis

Saya benar-benar bahagia menjalani kisah ini. Menulis banyak memberikan saya kebebasan untuk menuangkan ide dan pengalaman yang saya alami dalam bentuk tulisan. Saya merasakan ada kenikmatan setiap kali merangkai huruf demi huruf menjadi sebuah kata. Setiap kata-kata di uji, ditelaah apakah sudah sesuai atau perlu diganti diksi yang lebih tepat dan menarik agar menjadi sebuah kalimat. Ketika setiap kalimat masih dirasa kurang, dibiarkan dulu kemudian dibaca lagi lalu ditambahkan yang kurang tersebut untuk menjadi sebuah pragraf yang penuh makna. Belum lagi ketika menulis sedang diburu deadline. Ada adrenalin tersendiri memacu diri agar tulisan tersebut dapat diselesaikan sebelum waktunya benar-benar berakhir. Nanti setelah klop barulah kemudian di finishkan. 

Mencurahkan seluruh isi hati melalui tulisan dapat memberikan pengaruh positif pada perasaan, pikiran dan juga dapat berfungsi sebagai terapi jiwa. Apa yang membuat kita nikmat dan senang? apa yang membuat kita galau?  mengapa kita galau atau mengapa kita senang? pertanyaan-pertanyaan tersebut memaksa kita untuk berpikir dan memahami keberadaan diri kita dengan lebih baik. Tentunya menulis adalah langkah yang tepat untuk mengabadikan perasaan tersebut.

Tidak heran jika para penulis-penulis hebat seperti Andrea Hirata, Raditya Dika menjadikan menulis sebagai kegiatan untuk memberikan kepuasan pada dirinya. Begitupun dengan beberapa penulis-penulis lainnya yang menjadikan kegiatan menulis sebagai suatu kebutuhan dalam hidupnya yang terasa kurang ketika tidak dilaksanakan karena mentransfer pikiran, penglihatan, pendengaran dan perasaan kedalam setiap huruf adalah cara untuk untuk dapat merasakan kebahagiaan, kenikmatan dan kesenangan. Lantas timbul pertanyaan apakah kita rela untuk untuk menghilangkan rasa cinta, senang, bahagia dan nikmat itu dalam diri kita ?? Tentu saja jawabannya adalah tidak. maka seperti inilah yang dirasakan oleh para penulis itu.

Terkadang kita sebagai penulis pemula menyerah ditengah perjalanan tatkala jari dan pikiran tak mampu lagi bersinergi untuk merangkai setiap huruf. Kemudian kitapun menyerah dan menjudge bahwa menulis itu sulit, menulis itu menyebalkan. Paradigma ini yang perlu kita buang jauh-jauh karena sesungguhnya menulis itu mampu memberikan kita kebahagian dan kenikmatan disetiap hurufnya. TAK PERCAYA, Ayo segera menulis dan rasakan sendiri. 

Saatnya untuk mengatakan tidak ada yang tidak bisa, tidak ada yang sulit dan tidak ada yang menyebalkan dalam dunia menulis. Kita hanya perlu untuk membuka hati untuk mengenalnya.  Yakinlah bahwa kita pasti bisa. Teruslah menulis hingga menemukan tulisan terbaik dengan tema yang disukai karena menulis akan menjadi bagian hidup kita. Hanya butuh belajar setiap waktu setiap hari. Dan kita akan menemukan keajaiban dalam menulis.

Jadi, mari menikmati setiap huruf untuk dirangkai menjadi sebuah kata, kata diciptakan untuk membentuk kalimat, kalimat menjadi pragraf, dan pragraf yang menciptakan makna. Teruslah Berkarya melalui tulisan karena menulis memberikan kenikmatan, kepuasan dan kesenangan dimana saja dan kapan saja yang dapat memberikan inspirasi luar biasa.

Penulis : Achank

6 komentar:

  1. Super.....dgn cinta bisa membangkitkan hormon kebahagian...dgn bahagia menulis akan semakin mudah...semangat menulis..😁💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhirnya tulisanta ka bisa nyambung kesini..haha..hhehes

      Hapus
  2. Luar biasaaa... kalimatnya mengalir lancar,apik,enak sekali dibaca...

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheheh,,, Alhamdulillah K,,terima kasih K..

      Hapus
  3. Keren. Sdh bisa jadi "kompor" menulis

    BalasHapus
    Balasan
    1. HEHE,, akibat dikompori juga ini Bu Dr..hehe

      Hapus

Optimalisasi Blogspot untuk Integrasi E-Learning dan Analisis Data Berbasis Big Data dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

            Di era digital saat ini, peran teknologi dalam dunia pendidikan tidak lagi bisa diabaikan. Proses belajar-mengajar kini tidak te...